Senin, 22 November 2010

ririz 'bintankQ': JURNALISTIK MEDIA TV dan CYBER MEDIA

ririz 'bintankQ': JURNALISTIK MEDIA TV dan CYBER MEDIA: "

komunikasi antar budaya


Pada awalnya komunikasi antar budaya hanya terjadi dalam lingkup minoritas. Misalnya pada kalangan artis dan kalangan atas saja yang berkesempatan untuk pergi keluar negeri. A Cultural Map of Five Conflict Management Styles (Ting-Toomey, dalam Griffin:2003) Individualisme Collectivisme Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter,1994, p.19). Namun dengan semakin berkembangnya kemajuan tekhnologi kini tidak lagi dalam kalangan tertentu yang mampu ke luar negeri, meskipun untuk sekedar bekunjung atau untuk mengembangkan bisnisnya.
Dengan semakin berkembangnya kemajuan tekhnologi ini, maka persoalan-persoalan yang dihadapi dalam komunikasi antar budaya pun semakin kompleks dan luas. Tidak hanya masalah aspek–aspek budaya namun juga social ekonomi politik dan aspek-aspek lainnya.
Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Gudykunst dan Kim (1992) memberi contoh komunikasi antar budaya sebagai berikut: Perhatikan kunjungan seorang asing yang menganut budaya bahwa kontak mata selama berkomunikasi adalah tabu di Amerika Utara. Bila si orang asing berbicara kepada penduduk Amerika Utara dengan menghindari kontak mata, maka ia dianggap menyembunyikan sesuatu atau tidak berkata benar

BAB II
LATAR BELAKANG

Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Ciri ini memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi Dalam keadaan demikian kita dihadapkan dalam suatu masalah yakni situasi dimana suatu pesan dari satu budaya harus diteremahkan ke dalam budaya lainnya.
Budaya bertanggung jawab dalam seluruh perbendaharaan prilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan kata yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula sehingga menimbulkan berbagai kesulitan. Namun jika kita telah mempelajari dan memahami komunikasi antar budaya maka kita akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan kesulitan ini.
Di Indonesia sendiri jelas bahwa banyaknya suku bangsa dengan  bahasa, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikirannya masing-masing. Tidak mustahil akan membuka kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan sampai konflik fisik. Selain itu kelompok-kelompok sub budaya yang muncul di kota-kota seperti kelompok kaum homoseks, kawula muda, dengan genk dan bahasa prokemnya, menambah variasi kebudayaan di Negara kita semakin kaya. Tetapi dengan variasi ini tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan social akan meningkat pula dengan  demikian kebutuhan untuk studi tentang komunikasi antar budaya di Indonesia merupakan hal yang perlu di tunda lagi.
Ilmu komunikasi merupakan disiplin ilmu yang terpecah menjadi bidang studi yang lebih terspesialisasi sesuai aspek yang menjadi pokok perhatian. Diantara bidang ilmu tersebut adalah sosiologi, antropologi, psikologi, serta pengembangan tekhnologi komunikasi itu sendiri. Teori - teori  yang  berasal  dari disiplin-disiplin lain telah memberi warna tertentu pada  masing - masing  cabang ilmu  komunikasi

BAB III
PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Istilah antarbudaya pertama kali diperkenalkan oleh Edward T.Hall pada tahun 1959 dalam bukunya The Silent Language. Perbedaan antarbudaya dalam berkomunikasi baru dijelaskan oleh David K. Berlo (1960) melalui bukunya The Process of Communication (an introduction to theory and practice). Barlo (1960) menggambarkan proses komunikasi dalam model yang diciptakannya. Menurutnya, komunikasi akan tercapai jika kita memperhatikan faktor-faktor SMCR (Sources, Message, Channel, and Receiver). Antara sources dengan receiver yang diperhatikan adalah kemampuan berkomunikasi, sikap, pengetahuan sistem sosial, dan kebudaayaan. Namun, dalam hal ini, komunikasi antarbudaya yang dijelaskan melalui teori etnosentrisme ini berbasis pada konteks komunikasi kelompok (etnik).
Berikut ini adalah beberapa pengertian komunikasi antar budaya yang di kutip dari berbagai sumber[1] :
“intercultural communication … the art of understanding and being understood by  the audience of anotjer culture.” (sitaram 1970) yang berarti “komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami untuk khalayak yang memiliki kebudayan lain.”
“communication is cultural when occurring between peoples of different culture” (rich, 1974) artinya “komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang yang berbeda kebudayaannya”
Intercultural communication … communication in which occurs undercondition of cultural difference language, values, costumes, and habits” (stewart 1974) artinya “komunikasi antar budya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adnya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasan”
“intercultural communication … interaction between members of differing cultures” (sitaram & cogdells) artinya “ komunikasi antar budaya adalah interaksi antara para anggota masyarakat yang berbeda kebudayannya “
“intercultural culture is the process of exchange of thoughts and meaning between people of differing cultures” (Gerhard maletzke) yang berarti “komunikasi antar budaya adalah proses pertukaran  pikiran dan makna yang terjadi diantara orang-orang yang berbeda kebudayaannya.”
“intercultural coomunication … refers to the communication phenomenon in which participants, different in culture backgrounds, come into direct, or indirect contact with one another” (young yung kim, 1984) yang berarti “ komunikasi antar budaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi dimana para pesertanya masing-masing memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara stu dengan yang lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.”
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Dari seluruh definisi tersebut, penekanan lebih pada perbedaan kebudayaan sebagai factor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Walaupun komunikasi antar budaya mengakui dan mengurusi permasalahan tentang persamaan – persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antara pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses komunikasi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaanyang mencoba untuk berinteraksi.
Pada dasarnya komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Terdapat 3 faktor yang mendorong perkembangan studi komunikasi antar budaya yaitu kesadaran internasional, kesadaran domestic, dan kesadaran pribadi.
Dimensi-Dimensi komunikasi Antar Budaya
Untuk mendapatkan kejelasan tentang berbgai konseptualisasi tentang kebudayan dalam konteks komunikasi antar budaya, terdapat tiga dimensi yang perlu diperhatikan yaitu :
1.      tingkat masyarakat kelompok budaya dari para pelaku komunikasi
2.      konteks social tempat terjadinya komunikasi antar budaya
konteks social komunikasi antar budaya meliputi bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi pendidikan, politik, penyesuaian pelancong atau pendatang sementara, perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi-inofasi, konsultasi terapis.
3.      saluran komunikasi yang digunakan
secara garis  besar  saluran  terbagi  menjadi  2  yaitu
antar pribadi/perorangan dan media massa.

BAB IV
KETERKAITAN ANTARA KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN

Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya oleh karena melalui budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Orang-orang memandang dunia mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budaya mereka.
Philipsen (dalam Griffin, 2003) mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan secara mensejarah. Pada dasarnya, budaya adalah suatu kode. Terdapat empat dimensi krusial yang dapat untuk memperbandingkan budaya-budaya, yaitu: Jarak, kekuasaan (power distance), Maskulinitas, Penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance), dan Individualisme.
Berkenaan dengan pembahasan komunikasi antarbudaya, Griffin (2003) menyadur teori AnXiety / Uncertainty Management; Face-Negotiation; dan Speech Codes.Anxiety / Uncertainty Management Theory (Teori Pengelolaan Kecemasan / Ketidakpastian)[2].Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan. Ia menggunakan istilah komunikasi efektif kepada proses-proses meminimalisir ketidakmengertian.
Penulis lain menggunakan istilah accuracy, fidelity, understanding untuk hal yang sama. Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi.

Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory:
a. Konsep diri dan diri.Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan.
b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing.Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan.
c. Reaksi terhadap orang asing.Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi yang kompleks tentang orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi secara tepat perilaku mereka.Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika kita berinteraksi dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola kecemasan kita dan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan memprediksi secara akurat perilaku orang asing.Sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan memprediksi perilaku orang asing secara akurat.
d. Kategori sosial dari orang asing.Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat. Pembatas kondisi: pemahaman perbedaan-perbedaan kelompok kritis hanya ketika orang orang asing mengidentifikasikan secara kuat dengan kelompok.Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam memperkrakan perilaku mereka.
e. Proses situasional.Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka.f. Koneksi dengan orang asing.Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan  menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka.Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain
Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa pengertian tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi  dan kebudayaan serta adanya saling ketergantungan antara keduanya. Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan kebudayaan. “communication is at the heart of civilization”[3] (kuhn 1963: 151). Menurut Smith kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama. Untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.
Kebudayaan dimiliki oleh sekelompok orang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu. Untuk mewariskan kepada generasi berikutnys. Serta dikembangkan keberbagai tempat diperlukan jasa komunikasi dengan kata lain kebudayaan dirumuskan dibentuk ditransmisikan serta dipelajari melalui komunikasi. Adanya komunikasi diantara individu tergabung pada kebudayaannya. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan komunikasi yang berbeda pula. Melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan dan sebaliknya melalui kebudayaan ditentukan aturan dan pola-pola komunikasi.[4] “communication is the foundation of our culture “ (Stanley I. baran dalam introduction to mass communication : media literacy and culture (1999 : 9).
Menurut fiske, budaya bias membatasi dan memisahkan atau membebaskan dan menyatukan. Ia menawarkan kepada kita kesempatan yang tak terbatas untuk menggunakan  komunikasi  untuk  hal – hal  yang  baik  jika  kita  memilih  melakukan hal demikian. Dalam  pengantarnya  fiske  menegaskan  bahwa  komunikasi  adalah sentral  bagi kehidupan  budaya  kita.  “ tanpa  komunikasi,  kebudayaan  dari  jenis  apapun  akan  mati  konsekuensinya.  Studi  komunikasi  melibatkan  studi  kebudayaan  yang  dengannya  ia berintegrasi ”[5] ujar fiske.
Penciptaan dan pemeliharaan budaya yang kurang lebih sama berlangsung melalui komunikasi termasuk komunikasi massa. Komunikan sebagai elemen dasar dalam konstruksi budaya[6]
Face-Negotiation Theory.
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan –perbedaan budaya dalam merespon konflik. Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan selalu negotiating face. Istilah itu adalah metaphor citra diri publik kita, cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita. Face work merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang membantu menjaga dan menyimpan rasa malu (face loss), dan menegakkan muka terhormat. Identitas kita dapat selalu dipertanyakan, dan kecemasan dan ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang membuat kita tidak berdaya/harus terima. Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Ketika face work adalah berbeda, gaya penangan konflik juga beragam.Terdapat tiga perbedaan penting diantara budaya individulis dan budaya kolektivis. Perbedaan-perbedaan itu adalah dalam cara mendefinisikan: diri; tujuan-tujuan; dan kewajiban.
konsep
Budaya individualis
Budaya kolektivis
Diri
Sebagai dirinya sendiri
Sebagai bagian kelompok
Tujuan
Tujuan diperuntukan kepada pencapaian kebutuhan diri.
Tujuan diperuntukan kepada pencapaian kebutuhan kelompok
Kewajiban
Melayani diri sendiri
Melayani kelompok/orang lain.
Teori ini menawarkan model pengelolaan konflik sebagai berikut:
a. Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan saya dengan anggota kelompok.
b. Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan anggota kelompok.
c. Compromising – saya akan menggunakan memberi dan menerima sedemikian sehingga suatu kompromi bisa dibuat.
d. Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai kehendak-ku.
e. Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging, compromising, dominating, dan integrating bertukar-tukar menurut campuran perhatian mereka untuk self-face dan other -face.Obliging Avoiding Compromising Integrating DominatingLow Self-Face ConcernHigh Loww High


BAB V
KEBUDAYAAN SEBAGAI PENYARING

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, semakin banyak informasi yang masuk ke lingkungan kita. Akibatnya masyarakat dapat mengalami kejenuhan informasi, sehingga menimbulkan ketergantungan. Untuk itu dalam hal ini kebudayaan dapat berperan sebagai penyaring.
Masalah kejenuhan ini dapat menimpa pada lembaga-lembaga. Jadi tidak hanya individu yang dapat mengalami masalah kejenuhan. Agar individu yang ada di suatu lembaga dapat berfungsi dengan baik maka perlu diadakan seleksi. Proses seleksi yang dipengaruhi oleh kebudayaan disebut persepsi. Persepsi ini yang kemudian menentukan tingkah laku komunikasi. Sebagian besar prilaku individu ini dipengaruhi oleh lingkungannya dan apa yang telah diajarkan oleh kebudayaannya.
Sementara itu untuk lebih mendalami proses dari persepsi ada tiga aspek[7] yang perlu diketahui
1.      aspek struktur
2.      aspek stabilitas
3.      aspek makna
dan untuk memahami proses persepsi ada dua dimensi yang mendukung[8] yaitu:
1.      dimensi fisik
2.      dimensi psikologis
untuk menciptakan stabilitas strujtur dan makna bagi lingkungan di sekitar kita perlu adanya persepsi. Melalui persepsi masyarakat menciptakan stabilitas struktur dan makna bagi lingkungan di sekitarnya.

BAB VI
PERSEPSI, PRILAKU, STEREOTIP, DAN PRASANGKA

Untuk menciptakan stabilitas struktur dan makna bagi lingkungan di sekitar dari pengaruh luar, diperlukan adanya persepsi. Namu untuk mendapatkan persepsi yang sama tidaklah mudah. Perbedaan ini adalah karena perbedaan biologis. Dan perbedaan seseorang akan semakin besar perbedaan biologis individu semakin besar jurang perbedaan persepsi. Sebaliknya semakin sama letar belakang biologis atau pandangan maka kemungkinan persamaan persepsi semakin besar.
Apabila persamaan persepsi semakin besar maka semakin mudah terjadi komunikasi diantara mereka. Dengan adanya persamaan persepsi ditambah dengan lancarnya komunikasi maka semakin besar terbentuknya identitas kelompok. Dan ini menimbulkan kebudayaan tersendiri yang kemungkinan terjadi perubahan secara terus-menerus.
Untuk mengenal dan memberi nama benda dan berbagai peristiwa di sekitar kita agar cocok dengan struktur dan makna yang ada pada kelompok individu dan pengembangannya dipergunakan stereotip dan prasangka. Stereotip dan prasangka adalah dua hal yang mempunyai hubungan erat dan saling mempengaruhi dengan komunikasi antar budaya. Perbedaan antara stereotip dan prasangka adalah stereotip adalah merupakan keyakinan, sedangkan prasangka adalah merupakan  sikap.[9]
Di antara stereotip, prasangka dan prilaku terbuka terdapat sebuah hubungan searah, stereotip akan menimbulkan sebuah prasangka dan prasangka ini selanjutnya merupakan dasar atau pendorong terjadinya prilaku terbuka. Ketiga hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
STEREOTIP → PRASANGKA → PRILAKU TERBUKA

BAB VII
KESIMPULAN

  • Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya
  • terdapat tiga dimensi yang perlu diperhatikan yaitu :
    1. tingkat masyarakat kelompok budaya dari para pelaku komunikasi
konteks social tempat terjadinya komunikasi antar budaya
    1. konteks social komunikasi antar budaya meliputi bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi pendidikan, politik, penyesuaian pelancong atau pendatang sementara, perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi-inofasi, konsultasi terapis.
    2. saluran komunikasi yang digunakan
  • secara garis  besar  saluran  terbagi  menjadi  2  yaitu
antar pribadi/perorangan dan media massa.
  • komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi
  • kebudayaan dapat berperan sebagai penyaring. jika masyarakat mengalami kejenuhan informasi, sehingga menimbulkan ketergantungan.akibat semakin banyak informasi yang masuk ke lingkungan
  • Di antara stereotip, prasangka dan prilaku terbuka terdapat sebuah hubungan searah
STEREOTIP → PRASANGKA → PRILAKU TERBUKA

Daftar Pustaka

Baran, Stanley I. 1999. introduction to mass communication : media literacy and culture
Craig, Robert T. 1993. why are there so many communication theories? Dalam Journal of communication  43 (3),
Fiske, Jhohn.2006.Cultural and Communication Studies.Bandung: Jalasutra
Rachmat, Jalaluddin. 1998. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Sendjaja, S Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka
http://www.google.co.id/ teori+komunikasi+antar+budaya



[1] Sasa Djuarsa S, Teori Komunikasi, universitas terbuka, depdikbud, Jakarta , 1994  hlmn. 277
[2] http://www.google.co.id/ teori+komunikasi+antar+budaya
[3] A kuhn, the study of society : a unified approach chompwood III: Dorsey, 1963.
[4] Sasa Djuarsa S, Teori Komunikasi, universitas terbuka, depdikbud, Jakarta , 1994  hlmn. 299
[5] fiske
[6] Robert T. Craig,  1993. why are there so many communication theories? Dalam Journal of communication  43 (3), hlmn. 26-33
[7] Sasa Djuarsa S, Teori Komunikasi, universitas terbuka, depdikbud, Jakarta , 1994  hlmn. 304
[8] Sasa Djuarsa S, Teori Komunikasi, universitas terbuka, depdikbud, Jakarta , 1994  hlmn. 305-306
[9] Sasa Djuarsa S, Teori Komunikasi, universitas terbuka, depdikbud, Jakarta , 1994  hlmn. 319

“JATUH BANGUN SENTRA TANGGULANGIN”


Lumpur Panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, membuat industri kerajinan kulit di Tanggulangin mati suri. Banyak konsumen yang mengira lokasi ini ikut ditenggelamkan lumpur. Sebagian yang lain mengeluh bau menyengat di lokasi semburan, sehingga mengganggu aktivitas belanja.

Namun menurut saya, pada kenyataannya kini dengan seiring berjalannya waktu Lumpur yang meluap pada 29 mei 2006 itu justru menjadi sebuah akses pariwisata yang cukup menarik wisatawan, baik dari daerah sekitar Sidoarjo maupun dari luar kota Sidoarjo. Dan hal itu sangat menguntungkan bagi para pengusaha pengrajin tas koper di Tanggulangin. Karena dengan banyaknya wisatawan yang datang maka akan banyak wisatawan yang datang ke Sentra Tanggulangin untuk membeli tas dan koper sehingga hasil penjualan mereka pun meningkat.

Kecamatan Tanggulangin di Sidoarjo dikenal sebagai Sentra Kerajinan Kulit. Berbagai produk seperti tas, sepatu, dompet, ikat pinggang hingga jaket kulit diproduksi di sini. Sebelum lumpur menyembur, Tanggulangin adalah surga belanja bagi mereka yang menginginkan aneka produk kulit berkualitas dengan harga miring.

Sepanjang Sentra Produksi Tas dan Koper Tanggulangin (selanjutnya disebut "Sentra Tanggulangin") dimulai sejak tahun 60-an. Semenjak beberapa orang menjadi kuli yang membantu proses pembuatan koper di Surabaya. Selanjutnya muncul tenaga- tenaga trampil yang mampu membuat koper sendiri di suatu desa namanya Kedensari kecamatan Tanggulangin. Saat itu koper yang dibuat dari bahan karton tebal dan dilapisi kulit sapi yang diproses sederhana yang dipres menggunakan lem kanji. (sumber: H. Abd. Rochman, pelopor Sentra Tanggulangin).

Koper Kulit Nabati sebagai Produk Pertama di Sentra Tanggulangin

Semenjak pertengahan tahun 70-an, beberapa tenaga trampil di desa Kedensari kebanjiran order dari para Juragan di Surabaya. Munculnya tenaga-tenaga trampil baru sebagai akibat banyaknya order tersebut, muncul sebuah ide untuk mendirikan suatu organisasi usaha yang didirikan beberapa orang, dengan usaha baru ini area penjualan hasil produksi tidak hanya ke Surabaya saja, mulai merambah Semarang, Jogjakarta, Bandung dan Jakarta. Pada tahun 1975 organisasi usaha ini mengalami kebangkrutan karena salah kelola. Pada tahun 1976 sebagian orang pendiri organisasi yang ambruk tersebut bersepakat untuk mendirikan sebuah Koperasi Industri Tas dan Koper (INTAKO). Koperasi ini adalah cikal bakal Sentra Industri Tas dan Koper di desa Kedensari Tanggulangin.
Menurut Pak Khozin, tujuan berdirinya koperasi ini selain untuk mensejahterakan masyarakat, juga menjadikannya kompetitif dan sebagai kiblat perkoperasian Indonesia. “Tidak muluk cita-cita kami, asal keadaan seperti ini bisa dipertahankan, pasti akhirnya bisa turut memberantas kemiskinan dan pengangguran. Minimal di sekitar wilayah Tanggulangin,” tambahnya.
Awalnya koperasi ini hanya beranggotan 27 orang. Modal awal hanya sebesar Rp 135.000 yang diperoleh dari iuran wajib anggota sebesar Rp 5.000. Saat itu, kenang Pak Khozin, koperasi sulit mencari anggota. Hal ini disebabkan para pengrajin sudah jenuh dengan adanya organisasi usaha serupa yang memberi pengalaman buruk. Maka ketika koperasi dibentuk hanya berhasil menjaring sedikit pengrajin.

Tahun 80-an dengan dukungan Pemerintah sejumlah mesin-mesin produksi, pelan tapi pasti Koperasi INTAKO mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Munculnya sebuah ide dari masyarakat pengerajin atas ramainya kunjungan konsumen ke INTAKO, yaitu dengan mendirikan toko-toko/showroom hasil produksi mereka sendiri. Hingga tahun 2000 telah muncul sekitar 250 toko sepanjang 2,5 km jalan sampai menuju Showroomnya INTAKO. Diawal-awal krisis ekonomi 1998, Sentra Tanggulangin justru mendapat keuntungan banyaknya pembeli dari Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi manjadi reseller produk Tanggulangin hingga tahun 2001.
Iklim usaha yang terjadi pada para pengrajin di Tanggulangin, tak bisa lepas dari peran koperasi yang menaungi. Sejarah Koperasi Intako yang jatuh bangun, justru telah membuat posisinya semakin kokoh dan berjaya. “Pengrajin di sini sudah menjadi aset Jawa Timur. Kami cukup bangga bahwa telah menjadi daerah tujuan wisata yang tidak pernah sepi,” kisah Pak Khozin
 Tahun 2002 mulai terjadi kontraksi bahkan penurunan daya beli karena mahalnya bahan baku akibat kenaikan BBM. Pada tahun 2005, pasar sangat lesu akibat mahalnya bahan baku dan turunnya daya beli masyarakat. Keadaan jatuh dan banyak yang bangkrut ditambah lagi kejadian luar biasa dan amat mengejutkan yaitu meluapnya Lumpur Lapindo di akhir mei tahun 2006. Menurut kutipan dari Metro TV News Lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, membuat industri kerajinan kulit di Tanggulangin mati suri. Banyak konsumen yang mengira lokasi ini ikut ditenggelamkan lumpur. Sebagian yang lain mengeluh bau menyengat di lokasi semburan, sehingga mengganggu aktivitas belanja.
Ini diakui oleh pengusaha kulit Roni Choiri. Roni dan kawan-kawannya berharap, lumpur panas Lapindo segera bisa diatasi. Agar mereka bisa kembali berusaha seperti sedia kala.
Pelancong yang berlibur ke Surabaya, Jawa Timur (Jatim), serasa belum pas jika tak mampir ke Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Di sini terdapat kawasan industri kecil yang bergerak di bidang kerajinan tas dan koper. Yang membuat namanya melambung ke antero dunia, pengrajinnya pandai meniru produk-produk branded yang memiliki nama dunia. Sebut saja dompet, sabuk atau tas merek Ettiene Aigner atau Louis Vuitton.
Sekilas tas atau dompet made in Tanggulangin, sulit dibedakan. Mulai desain dan jahitannya mendekati sempurna. Sebagai merek yang bergengsi dan jika membeli produk asli harganya mahal, maka pengrajin di sini hanya menjual sepertiganya. Sebuah tas Louis Vuitton yang di mal dibandrol Rp 5 juta, maka di sini bisa ditukar hanya dengan Rp 750.000 – Rp 1.750.000.(sumber : Bpk. Gunawan, salah satu pengrajin Tas Tanggulangin). Tak heran jika berburu barang bermerek di Tanggulangin itu sangat menyenangkan. “Saya bisa pamer di kantor dengan produk mahal, padahal buatan lokal,” kata Sunarti Suharso (45) ketika ditemui di sebuah toko di kawasan itu. “Dulu memang banyak pengrajin yang meniru produk bermerek. Tapi sekarang yang dijual hanya sisa-sisa produk lama. Ini gara-gara tuntutan dari pemegang merek agar kami tidak lagi meniru lagi,” Drs. M Khozin, Sekretaris I Koperasi INTAKO (Industri Tas dan Koper) menjelaskan.
Bahkan para perajin di sini telah memiliki merek-merek sendiri yang telah dipatenkan. Beberapa memiliki nama berbau Italia agar terkesan mewah. Koperasi Intako, lanjut Khozin, kini berkembang pesat. Sebuah gedung yang representatif telah berdiri sebagai kantor dan ruang pamer. Di gedung ini dipamerkan produk para anggota koperasi yang berjumlah 352 pengrajin.
Satu tahun Lumpur Lapindo telah menyebabkan sepinya pengunjung karena akses jalan Tol Porong-Gempol terputus dan Jalan Arteri Porong setiap hari macet 2 jam lebih. Jika di ibaratkan, Sentra Tanggulangin saat itu "HABIS JATUH TERTIMPA TANGGA PULA". 3,5 tahun Lumpur Lapindo dengan semangat dan kerja pengrajin sudah mulai bangkit walaupun sangat sedikit bantuan dari Pemerintah Daerah.
Lesunya bisnis penjualan tas Tanggulangin Sidoarjo, Jawa Timur, memaksa para perajin tas tersebut merombak sistem penjualan dan target keuntungan mereka. Apalagi, saat ini biaya produksi para perajin itu bertambah sejak kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.
Sejak kenaikan BBM yang pertama, ditambah tragedi lumpur Lapindo, pengusaha tas Tanggulangin sudah berjatuhan satu persatu. Kini dengan kenaikan BBM, maka mau tidak mau para pengusaha harus merubah system penjualan agar produk masih bisa dibeli masyarakat. Perubahan kebijakan yang diambil para perajin tas Tanggulangin itu adalah rela menurunkan harga jual produknya agar bisa menjaring pembeli dalam jumlah besar atau sistem grosir. Yang dipentingkan perajin saat ini adalah perputaran omset. Penjualan dengan sistem yang bisa dibilang grosir ini, diharapkan dapat mengimbangi biaya produksi tas yang semakin mahal usai kenaikan BBM. Beban produksi naik sebab harga bahan baku tas naik sekitar 20 persen.
Dengan sistem banting harga atau grosir ini diharapkan para perajin tas yang sudah terlepasdari beban dan bisa kembali hidup. Sejak kenaikan harga BBM pertama kali, ditambah munculnya bencana lumpur, jumlah perajin tas terus berkurang dari 350-an perajin menjadi sekitar 100-an perajin.( sumber : ketua Asosiasi Pengusaha Tas Tanggulangin (APETTA) Bpk. Ismail Syarif )
Iklim usaha yang terjadi pada para pengrajin di Tanggulangin, tak bisa lepas dari peran koperasi yang menaungi. Sejarah Koperasi Intako yang jatuh bangun, justru telah membuat posisinya semakin kokoh dan berjaya. Dengan semakin berkembangnya usaha Koperasi Intako, kini banyak para anggota yang telah melakukan ekspor ke berbagai negara. Produk asal Tanggulangin tak kalah mutunya dengan produk asing.

JURNALISTIK MEDIA TV dan CYBER MEDIA

PENDAHULUAN

Televisi penyiaran di Indonesia semakin semarak bukan saja jumlah stasiun penyiarannya dan acara siarannya yang semakin menarik tetapi juga perkembangan teknologi yang ada dalam televisi pun semakin canggih. Sehingga khalayak penonton memungkinkan untuk memilih model televisi yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Karena itu tidak mengherankan jika banyak bermunculan model – model televisi dengan berbagai fitur mulai televisi yang langsung dilangkapi VCD ataupun DVD. Bahkan televise yang dilengkapi dengan fitur Short Message Service. Yakni televisi yang dapat mengirim dan menerima pesan melalui fitur tersebut.
Dengan semakin banyaknya acara siaran yang di pancarkan oleh berbagai stasiun penyiaran baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Karena itu tidak mengherankan kalau bermunculan pula rumah produksi ( Production House ) yang membuat acara video maupun acara televisi. Hal - hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari semakin pentingnya komunikasi audio visual, didalam era pembangunan sekarang ini.
Saat orang pertama kali membuat televisi sudah siap hasil produksinya untuk dikembangkan sebagai alat yang lebih cermat lagi dan karena perkembangan teknologi elektronika sangat cepat, televisi yang semula hitam putih sudah menjai berwarna, perkembangan merambat terus dimana High Devinition  Television atau yang biasa disebut High Vision yaitu televisi berlayar lebar yang mempunyai garis scanning 1125 telah menjadi kenyataan dan bahkan kini sedang dalam taraf pengembangan televisi tiga dimensi.
internet telah menjadi bagian sehari-hari, Internet mendorong banyak perubahan. Termasuk untuk para jurnalis. Dorongan perubahan itu bisa disebabkan oleh Internet itu sendiri, dan juga bisa oleh multiple effect dari pemanfaatan Internet oleh masyarakat.
Sejalan dengan berkembangnya pembangunan teknologi informasi (nusantara 21) dan pertumbuhan komunikasi di Indonesia pada khususnya dan perkembangan teknologi informasi pada umumnya, maka penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan jaringan merupakan suatu indicator pertumbuhan kemajuan teknologi sekaligus pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dan Negara. Oleh karena itu perkembangan teknologi informasi dan peningkatan penggunaannya sangat diperlukan untuk terus meningkatkan daya saing bisnis dan ekonomi secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini disadari bahwa bidang pembangunan infrastruktur jaringan teknologi informasi seperti internet akan turut mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa


BAB I
JURNALISTIK MEDIA TV

Saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan utama bagi mesyarakat. TV sudah menjadi agama masyarakat industri. Ini disebabkan hamper semua kegiatan mereka dijadwal dan di atur  oleh pesan-pesan TV. Bagi orang-orang dewasa TV mempunyai satu keistimewaan yaitu mampu menyediakan informasi yang cepat dan akurat.
Sekitar lima hingga 10 tahun mendatang, televisi akan mampu mengetahui apa yang akan ditonton sesuai dengan mood. Remote control nantinya juga diprediksi akan menjadi barang usang karena kehadiran teknologi yang semakin memudahkan orang untuk menonton televisi. Televisi cerdas akan semakin intuitif dan mampu mengenali ekspresi wajah pemilik maupun gerak tubuh. Dengan demikian, televisi bisa mengukur mood dan memberikan bantuan kepada penonton dalam menikmati tayangan yang sesuai dengan mood penonton saat itu. Dengan semakin majunya zaman maka perkembangan televisi pun semakin besar. Salah satu cara untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut dengan jalan menelusuri hakikat dan peran televise itu sendiri sebagai media massa[1]
Jurnalistik televisi di Indonesia baru muncul pada paruh kedua tahun 60-an. Itu pun dalam pengertian dan bentuknya yang paling sederhana, baik isi (content), packaging (format), maupun teknologinya. Isinya pun dipertanyakan kelayakannya sebagai karya jurnalistik. Dalam penyajiannya, TVRI sebagai satu-satunya televisi saat itu hanya menjadi alat propaganda, corong pemerintah, alias public relations (PR) pemerintah. Setidaknya hal itu tampak jelas sejak awal hingga berakhirnya rezim Soeharto. TVRI gagal menjalankan peran dan misi sebagai TV publik, sebagaimana Inggris dengan BBC-nya; Jepang dengan NHK-nya; atau Australia dengan ABC-nya.
Jurnalistik televisi di Indonesia makin marak ketika sejumlah televisi baru muncul dalam 5-6 tahun terakhir, seperti trans TV, TV7, Lativi, dan Metro TV. Perkembangan program-program berita antarteve swasta dengan sendirinya menciptakan situasi yang sangat kompetitif. Dialektika kompetisi antarprogram berita telkevisi ini telah melahirkan beragam format, variasi content, maupun penggunaan teknologi mutakhir dalam duinia broadcasting[2].
3-5 tahun ke depan, program-program berita televisi, khususnya televisi-televisi yang kuat secara financial akan meninggalkan semua sistem analog dan manual dan beralih ke dalam bentuk teknologi on line yang jauh lebih canggih, ”ringkas” dan super cepat, dengan tingkat presisi teknis yang juah lebih akurat (Don Bosco Salamun:2005). Kehadiran virtual set juga tidak hanya akan membuat sistem studio lebih ringkas tetapi juga lebih variatif dan hidup. Perkembangan program berita televisi ini juga ditandai dengan kemajuan baru dalam bentuk sinergi content maupun sinergi sumberdaya manusia (SDM).


Ø    Definisi Berita

Seorang jurnalistik TV harus memahami betul kriteria berita dan nilai berita sebelum mencari dan menulis berita. Tanpa memahaminya, maka berita yang akan dicari dan disajikan belum tentu berguna dan menarik bagi pemirsa. Apalagi setiap hari dunia ini akan dipenuhi dengan ragam berita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002) dikemukakan, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Dalam buku “Broadcast journalism Techniques or radio and TV News” mengemukakan “When a dog bites a man, that is not news, but when a man bites a dog, thats is news”. Artinya, ketika anjing menggigit manusia itu bukanlah berita, tetapi ketika manusia menggigit anjing, itu baru berita (Charles Dana:1996)
Freda Morris dalam buku yang sama mengemukakan,” News is immediate, the important, the things that have impact on our lives”. Artinya, berita adalah sesuatu yang baru, penting yang dapat memberikan dampak kepada kehidupan manusia. Dari definisi ini ada tiga unsur pada sebuah berita, yakni baru, penting dan berguna bagi manusia.
Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini mengungkapkan tiga unsur berita, yakni aktual, penting dan menarik.(Eric C. Hepwood:1996)
            Sementara itu, pakar komunikasi lainnya, JB Wahyudi mengemukakan, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik.
            Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik: surat kabar, majalah, radio dan TV. Namun, definisi ini masih bersifat umum dan belum secara spesifik menjelaskan mengenai berita TV.
            Berita TV bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan atau narasi, tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita TV, gambar adalah primadona atau paling utama daripada narasi. Jika gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang. Berita TV tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa berita TV adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia, atau kedua-duanya yang disertai gambar (visual) aktual, menarik, berguna dan disiarkan melaui media massa televisi secara periodik.
            Dari definisi tersebut, berita TV juga dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Berita fakta peristiwa
2. Berita fakta pendapat, dan
3. Berita fakta peristiwa dan fakta pendapat.
Berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala sesuatu perisiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam dan kecelakaan. Berita ini disusun hanya berdasarkan pengamatan wartawan atau di tempat kejadian perkara (TKP).
Berita fakta pendapat adalah laporan tentang pernyataan atau pendapat manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual, misalnya pendapat para pakar mengenai implikasi kenaikan BBM, pendapat berbagai kalangan masyarakat mengenai 100 hari Kabinet Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan tanggapan SBY atas komentar kinerja kabinetnya. Berita ini disusun hanya berdasarkan tanggapan saja dan tidak ada peristiwanya.
Sementara itu, berita  fakta peristiwa dan fakta pendapat adalah laporan tentang segala sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia yang berkompeten mengenai fakta peristiwa tersebut.

Ø    Sumber Berita Televisi

Sumber berita TV terdiri atas[3] :
a)      Reporter, reporter dapat dikategorikan sebagai sumber berita jika mereka melihat langsung dari suatu peristiwa .
b)      Kontak public, nara sumber yang dapat di hubungi semua orang untuk dimintai keterangan mengenai suatu peristiwa.
c)      Kantor berita
d)      Siaran pers, informasi yang dikirimkan ke media massa dengan tujuan di publikasikan
e)      Jumpa pers
f)        Saksi mata



BAB II
JURNALISTIK CYBER MEDIA

Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet  ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.
Kehadiran media online memunculkan ”generasi baru” jurnalistik, yakni jurnalisme online (online journalism) disebut juga cyber journalism. Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet (website). jurnalisme online”pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet” (reporting of facts produced and distributed via the Internet).
Karakter jurnalisme online sebagaimana tergambar dalam karakter media online antara lain kecepatan penyajian, real time langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung, interaktif, dan diperkaya dengan link atau tautan kepada informasi terkait.
Keunggulan jurnalisme online[4]:
1.      Audience Control, audiens lebih leluasa dalam memilih berita.
2.      Nonlienarity, tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri atau tidak berurutan.
3.      Storage and retrieval, berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah.
4.      Unlimited Space, memungkinkan jumlah berita jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
5.      Immediacy, cepat dan langsung
6.      Multimedia Capability, bisa menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita.
7.      Interactivity, memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca.

Ø    Teknik Jurnalisme Online

            Secara teknis, penulisan jurnalisme online sama saja dengan jurnalisme cetak. Demikian juga kaidah dan kode etik jurnalistiknya. Yang berbeda hanya soal cara penyajian atau proses publikasinya
            Proses penulisan berita, misalnya, diawali dengan pengumpulan data[5], penulisan, editing, dan publishing.Proses penulisan artikel atau feature, diawali dengan ide, pengembangan ide/pengumpulan data, outline, naskah awal/kasar, editing/rewriting, dan publishing. Jenis tulisan media online sama dengan jenis tulisan karya jurnalistik pada umumnya, yakni news, views, dan feature
1.      News, Berita laporan peristiwa, rekonstruksi kejadian, disusun dengan paduan unsur 5W+1H (What,Who,When,Where,Why, dan How) dan sistematika: Head/Judul, Lead/Alinea Pertama, Body/Isi Berita..
2.      Views, Opini tulisan berisikan opini, pendapat, atau analisis tentang suatu peristiwa atau masalah. Struktur penulisan: judul, penulis, opening, body, closing.
3.      Feature tulisan berisi paduan antara fakta dan opini. Struktur tulisan: judul, lead, body, closing. Masuk dalam kategori feature tips, biografi, pengalaman, dan catatan perjalanan
Pada prakteknya, pada saat seorang jurnalis baru pertama kali menggunakan Internet sebagai tool dalam bekerja, seringkali terjadi kegagapan dan kegugupan. Jika sebelum ada Internet, seorang jurnalis bisa menyandarkan diri kepada staff riset di kantornya untuk mengumpulkan bahan-bahan publikasinya, maka dengan Internet ia harus melakukannya sendiri. Pada saat melakukan riset sendiri itulah para jurnalis, yang baru menggunakan Internet, akan dituntut untuk mempunyai kemampuan riset yang lebih dari biasanya.
Begitu juga dalam mewawancarai narasumber, Sang jurnalis yang mewawancarai narasumber lewat e-mail atau chat harus mengubah strategi komunikasi yang biasanya dipakai ketika ia menyodorkan tape recorder atau camcorder ke narasumbernya. Selama ia menggunakan strategi pengendalian wawancara gaya 'tradisional', sehingga sang jurnalis akan berisiko kehilangan kualitas wawancara yang baik.
Selain itu, Business process kerja jurnalistik pun berubah. Business process kerja jurnalistik lewat teknologi Internet, jika dilakukan dengan benar dan tepat, seharusnya berjalan lebih cepat. Perubahan ritme kerja ini akan mengubah sang jurnalis dalam mewaspadai akurasi informasi yang disampaikannya. Internet sebagai venue telah memberikan wawasan yang lebih luas kepada siapapun tentang sumber dan cara menyajikan informasi ketimbang cara-cara tradisional sebelumnya.
Seorang jurnalis yang cukup intens memanfaatkan Internet untuk mencari dan memonitor informasi akan menghadapi kenyataan bahwa ternyata ada begitu banyak narasumber alternatif ketimbang narasumber yang selama ini dihubunginya. Ia menemukan lebih banyak orang 'pintar' lewat Internet ketimbang sebelumnya. Bahkan boleh jadi, ia menjadi ragu terhadap kemampuan dan kompetensi orang yang selama ini digelarinya sebagai 'pakar' langka dan dijadikan narasumber andalannya.
Bagi jurnalis yang benar-benar memonitor pergaulan banyak orang di Internet, Internet bisa menjadi sebuah daya subversi yang justru meruntuhkan keyakinan-keyakinannya sendiri tentang seseorang yang selama ini dianggap sebagai 'pakar' yang serba tahu dan selalu layak menjadi narasumber. Ini berlaku juga untuk sumber-sumber informasi dalam riset-nya.
Dengan Internet, tantangan untuk menentukan narasumber dan bahan-bahan riset yang akan dipakainya kauh lebih besar ketimbang sebelumhya. Internet seperti angin besar yang membukakan jendela dan pintu yang selama ini mengurung wawasan sang jurnalis.
Ketika Internet dipakai dalam bekerja oleh jurnalis, salah satu hal besar yang seharusnya mengubah seorang jurnalis adalah tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap akurasi informasi. Pendorong perubahan bagi para jurnalis di era Internet lainnya adalah multiple effect dari pemanfaatan Internet secara luas oleh masyarakat. bagi penggunanya. Internet tak bisa dipungkiri, pelan-pelan membangun mendapatkan informasi. Sekarang, lewat Internet, publik bisa langsung mendapatkan informasi ke sumbernya.
Jurnalis yang masih menyandarkan diri kepada paradigma lama tentang pusat dan sumber informasi hanya akan mampu menghadirkan informasi basi atau pengetahuan bersudut pandang buruk kepada publiknya. Jurnalis jenis ini juga hanya akan jadi bahan olok-olokan para pengguna Internet di berbagai mailing list dan komunitas cyber. Jurnalis yang bergaya CoPeT (Copy, Paste, Translate) pelan-pelan akan ditinggalkan, terutama oleh publik yang mengerti berbagai bahasa pergaulan.
Akibat dari multiple effect ini, perubahan besar lain dalam jurnalisme di era Internet adalah menaiknya tantangan kreatif dalam menentukan sumber, merumuskan sudut pandang, dan menyajikan informasi.
Internet memiliki software berupa intranet yang memiliki kelebihan tertentu[6]:
Intranet adalah jaringan computer tnternal yang berdasarkan pada standard internet dan world wide web. Karena teknologinya sudah terbentuk  dari internet maka kemudahan, rendahnya biaya operasi, fleksibilitas, dan open system teknologi yang tidak tergantung dari platform menjadikan intranet sebagai salah satu pilihan unggulan. Intranet dapat mengakses semua pelayanan internet pada web browser. Sebagai contoh, browser dapat mengirimkan email dengan menggunakan SMTP ( simple mail transfer protocol ) Untuk standart mail internet

Ø      Pengaruh Cyber Media pada dunia Bisnis

Banyak yang berpendapat bahwa internet membuat strategi menjadi usang. Padahal sebaliknya, karena internet cenderung melemahkan profitabilitas industri tanpa memberikan manfaat operasional tertentu. Justru saat ini sangat penting bagi perusahaan untuk membedakan diri mereka sendiri melalui strategi. Pemenangnya adalah mereka yang memandang internet sebagai seebuah pelengkap dan bukan sebagai pembunuh.(Michael E. Porter:2001)
Internet telah mengarahkan berbagai perusahaan untuk membuat keputusan yang buruk yang telah mengikis daya tarik industrimereka serta merusak keunggulan bersaing mereka sendiri.padahal yang diperlukan adalah pembangunan strategi di atas prinsip-prinsip strategi yang telah terbukti efektif. Perusahaan yang sukses adalah yang menggunakan internet sebagai komplemen dalam bersaing dengan cara tradisional bukan yang menempatkan internet sebagai inisiatif bisnis yang terpisah dari operasi yang telah ada.[7]

Ø    Gabungan Media Televisi dengan Cyber Media (TV OnLine)

Televisi internet atau TV OnLine adalah televise yang memiliki situs tayangan video yang terkonsep dapat diperbaharui terus menerus tidak statis mengikuti perkembangan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar dan dapat di akses oleh public dengan bebas.
Untuk dapat mengaksesnya kita hanya perlu menghubungkan koneksi internet  ke computer pribadi. Televisi internet diosebut juga dengan Television On The Desktop (TOD). TV Over IP ( television over internet protocol), vlog dan juga vodcast. TV internet berbeda dengan TV konvensional biasa.
Keduanya memang menayangkan banyak acara yang serupa tapi televise internet lebih beragam bila dibandingkan stasiun televisi lokal yang biasa ditonton. Ataupun TV kabel berlanganan. TV internet ini bias disiarkan secara pribadi oleh para pengguna internet atau bisa juga oleh sekelompok orang atau perusahaan TV besar yang juga punya layanan TV online di internet.
Saat ini layanan TV online ini telah banyak digunakan oleh para pengguna internet baik untuk menyaksikan acara atau tayangan yang menarik dan menghibur. Banyak pula saat ini yang membuat TV online milik pribadi dan bias diakses oleh banyak orang dan informasi yang disampaikannya pun terus-menerus berubah seperti siaran TV biasa.
Di beberapa situs TV online yang ada di internet banyak yang sudah menyiarkan siarannya secara langsung dengan berbagai macam tema, mulai kehidupan pribadi mereka atau lebih mirip dengan reality show, memandu suatu hal atau hobi, berita terbaru atau pelosok dunia, hingga menampilkan kehidupan pribadi para selebritis mancanegara. Saat ini pun banyak orang yang bisa melakukan siaran secara pribadi selama 24 jam  atau biasa disebut life caster. Alat-alat yang digunakan pun sederhana, hanya cukup video kamera, computer, dan koneksi internet.

KESIMPULAN
Jurnalistik televisi di Indonesia baru muncul pada paruh kedua tahun 60-an. Itu pun dalam pengertian dan bentuknya yang paling sederhana, baik isi (content), packaging (format), maupun teknologinya. Isinya pun dipertanyakan kelayakannya sebagai karya jurnalistik.
Dalam penyajiannya, TVRI sebagai satu-satunya televisi saat itu hanya menjadi alat propaganda, corong pemerintah, alias public relations (PR) pemerintah. Setidaknya hal itu tampak jelas sejak awal hingga berakhirnya rezim Soeharto. TVRI gagal menjalankan peran dan misi sebagai TV public.
Jurnalistik televisi di Indonesia makin marak ketika sejumlah televisi baru muncul dalam 5-6 tahun terakhir, seperti trans TV, TV7, Lativi, dan Metro TV. Perkembangan program-program berita antarteve swasta dengan sendirinya menciptakan situasi yang sangat kompetitif. Dialektika kompetisi antarprogram berita televisi ini telah melahirkan beragam format, variasi content, maupun penggunaan teknologi mutakhir dalam duinia broadcasting
Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik: surat kabar, majalah, radio dan TV. Namun, definisi ini masih bersifat umum dan belum secara spesifik menjelaskan mengenai berita TV.
Sumber berita TV terdiri atas:
a)      Reporter,
b)      Kontak public,.
c)      Kantor berita
d)      Siaran pers,
e)      Jumpa pers
f)        Saksi mata

Kehadiran media online memunculkan ”generasi baru” jurnalistik, yakni jurnalisme online (online journalism) disebut juga cyber journalism. Per definisi, jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet (website). jurnalisme online”pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet” (reporting of facts produced and distributed via the Internet).
            Proses penulisan berita, misalnya, diawali dengan pengumpulan data, penulisan, editing, dan publishing.Proses penulisan artikel atau feature, diawali dengan ide, pengembangan ide/pengumpulan data, outline, naskah awal/kasar, editing/rewriting, dan publishing. Jenis tulisan media online sama dengan jenis tulisan karya jurnalistik pada umumnya, yakni news, views, dan feature
1.      News, Berita laporan peristiwa, rekonstruksi kejadian, disusun dengan paduan unsur 5W+1H (What,Who,When,Where,Why, dan How) dan sistematika: Head/Judul, Lead/Alinea Pertama, Body/Isi Berita..
2.      Views, Opini tulisan berisikan opini, pendapat, atau analisis tentang suatu peristiwa atau masalah. Struktur penulisan: judul, penulis, opening, body, closing.
3.      Feature tulisan berisi paduan antara fakta dan opini. Struktur tulisan: judul, lead, body, closing. Masuk dalam kategori feature tips, biografi, pengalaman, dan catatan perjalanan
pembangunan strategi di atas prinsip-prinsip strategi yang telah terbukti efektif. Perusahaan yang sukses adalah yang menggunakan internet sebagai komplemen dalam bersaing dengan cara tradisional bukan yang menempatkan internet sebagai inisiatif bisnis yang terpisah dari operasi yang telah ada

Daftar Pustaka

Dewi, ike janita. 2005. Integrasi Teknologi Informasi dengan Strategi. Yogyakarta:Amara_books
Iskandar Muda, Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya
Morissan, M.A. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Mulyana, Deddy. 1997. Bercinta dengan Televisi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Subroto, Darwanto Sastro. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Tung, khoe yao. 2001. Teknologi Jaringan Intranet. Yogyakarta: ANDI



[1] Darwanto Sastro Subroto. Produksi Acara Televisi.Duta Wacana University Press 1994 hlmn 03
[2] Harian HALUAN  rubrik “Opini” kamis 05 januari 2006
[3] Morissan, M.A Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta:2008)
[4] secara detail dikemukakan James C. Foust dalam bukunya, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web(2005)
[5] (e.q. wawancara, liputan peristiwa, studi literatur)
[6] khoe yao tung teknologi jaringan intranet.2001. yogya ANDI halm.02
[7] Dr. Ike Janita Dewi, MBA integrasi teknologi informasi dengan strategi yogyakarta 2005 halm.21